Wereng coklat (Nilaparvata lugens) sampai saat
ini masih dianggap sebagaihama utama pada pertanaman padi karena kerusakan
yang diakibatkan cukup luas dan hampir terjadi pada setiap musim pertanaman.
Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah
PHT (tepat jenis, tepat dosis dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng
coklat. Hal ini juga merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi
padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP >200 dan
sebagainya). Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat
meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah sampai puso.
Kerusakan yang disebabkan dapat terjadi secara
langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung karena kemampuan
serangga wereng coklat menghisap cairan jaringan tanaman padi
sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati. Secara tidak langsung karena
serangga wereng coklat dapat menjadi vektor virus penyakit kerdil
rumput dan kerdil hampa.
Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan
pengangkut tanaman padi wereng coklat dapat menimbulkan kerusakan
ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh sejak fase bibit, anakan,
sampai fase masak susu (pengisian).
Gejala yang tampak dari serangan wereng coklat dapat
terlihat dari daun yang menguning kemudian tanaman mengering dengan cepat
(seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperbum. Dalam
suatu hamparan gejala hopperbum terlihat sebagai bentuk
lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng coklat yang dimulai
dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam
keadaan seperti ini populasi wereng coklat biasanya sudah sangat
tinggi.
Langkah-langkah pencegahan hama wereng coklatsecara
umum dapat dilakukan dengan cara menggunakan variatas tahan, penanaman padi
serempak dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas danpengendalian dengan insektisida.
Namun dengan melihat gejala kerusakan yang
diakibatkan pada tanaman padi dipetakan sawah yang dapat mengakibatkan kerugian
yang tidak sedikit, maka pemberantasan hama ini perlu dilakukan
dengan cara preventif, kuratif dan represif.
1. TINDAKAN PREVENTIF
Tindakan preventif bersifat pencegahan dengan cara melakukan pengamatan di lahan pertanaman
padi. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara :
a.
Tanam Padi Serempak
Pola tanam serempak dalam areal yang luas dan tidak
dibatasi oleh batas administrasi dapat mengantisipasi penyebaran serangan wereng
coklat karena jika tidak serempak hama dapat berpindah-pindah ke lahan
padi yang belum panen. Wereng coklat terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi
oleh sungai atau lautan.
b. Pengamatan Wereng Coklat
Pengamatan atau monitoring wereng coklat setiap
1 – 2 minggu sekali. Jika terdapat serumpun daun padi layu lakukan pemeriksaan
dengan teliti. Apabila ditemukan seekor wereng dirumpun padi segera
bunuh/musnahkan dan periksa telur-telurnya di daun lalu daun tersebut dicabut
dan dibakar. Apabila pengamatan wereng coklat per rumpun melebihi
ambang ekonomi maka segera dilakukan pengendaliandengan insektisida.
c.
Perangkap Lampu
Perangkap lampu merupakan perangkap yang paling umum
digunakan untuk pemantauan migrasi dan pendugaan populasi serangga yang
tertarik pada cahaya khususnya wereng coklat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan perangkap lampu antara lain ; kekontrasan lampu yang digunakan
(semakin kontras cahaya lampu yang digunakan maka akan semakin luas jangkauan
tangkapannya), kemampuan serangga untuk menghindari lampu perangkap yang
dipasang dan intensitas cahaya (pada umumnya seranga cenderung tertarik pada
cahaya dengan intensitas tinggi).
Perangkap lampu dipasang pada pematang (tempat) yang bebas dari naungan
dengan ketinggian sekitar 1,5 meter di atas permukaan tanah. Lampu yang
digunakan adalah lampu pijar 40 watt dengan voltage 220 volt. Lampu dinyalakan
pada jam 18.00 dan dimatikan pada jam 06.00. Agar serangga yang tertangkap
tidak terbang lagi maka pada penampung serangga yang berisi air ditambahkan
sedikit deterjen.
Langkah yang diambil setelah ada wereng pada
perangkap lampu yaitu ; wereng yang tertangkap dikubur, keringkan pertanaman
padi sampai retak dan segera setelah dikeringkan kendalikan wereng pada
tanaman padi dengan insektisida yang direkomendasikan (tidakan kuratif).
Tindakan kuratif adalah tindakan pengendalian
hama wereng coklat dengan cara menggunakan insektisida yang
direkomendasikan. Tindakan ini bukan merupakan langkah pencegahan lagi tetapi merupakan langkahpembasmian. Langkah ini
bisa dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif buprofen, BPMC,
fipronil, amitraz, bupofresin, karbofuran, karbosulfan, metalkarb, MIPCI,
propoksur atau liarnetoksan dan imidakloprid.
Penggunaan insektisida berbentuk serbuk/butiran (misal : furadan,
basudin, diazinon) dilakukan dengan menaburkan diantara larikan petak sawah 3
atau 4 minggu sekali. Penyemprotan insektisida cair dilakukan seminggu sekali
atau maksimal 10 hari sekali. Semua penggunaan insektisida harus memperhatikan
aturan dosis dan pakai yang tertera pada setiap produk yang digunakan.
Perkembangan wereng coklat pada pertanaman
padi terbagi menjadi empat generasi yaitu ; generasi 0 (G0) = umur padi 0 – 20
HST, Generasi 1 (G1) = umur padi 20 – 30 HST (wereng akan menjadi imago wereng coklatgenerasi ke-1),
generasi 2 (G2) = umur padi 30 – 60 HST (wereng akan menjadi imago wereng coklatgenerasi ke-2),
dan generasi 3 (G3) = umur tanaman padi di atas 60 HST.
Pengendalian wereng yang baik dilakukan pada
saat generasi nol (G0) dan generasi 1 (G1) dengan mengunakan insektisida
berbahan aktif seperti disebutkan di atas. Pengendalian saat generasi 3 (G3)
atau puso tidak akan berhasil.
Penggunaan insektisida juga harus memperhatikan faktor-faktor ; tepat
dosis dan jenis yaitu berbahan aktif seperti disebutkan di atas, tepat air
pelarut 400 – 500 liter air/ha, aplikasi insektisida dilakukan saat air embun
tidak ada antara pukul 08.00 – 11.00 dilanjutkan sore hari, insektisida harus
sampai pada batang padi. Dan tidak kalah pentingnya adalah keringkan pertanaman
padi sebelum aplikasi insektisida baik yang berupa semprotan maupun butiran.
3. TINDAKAN REPRESIF
Tindakan ini dilakukan jika hama wereng sudah
merupakan kejadian luar biasa di mana dalam satu wilayah petakan/hamparan hama
ini sudah mengakibatkan kerusakan secara masal. Tindakan yang dapat dilakukan
diantaranya adalah ; pengeringan petakan sawah, pencabutan dan pembakaran
seluruh tanaman, memilih varietas unggul baru yang lebih tahan serangan
wereng dan melakukan pergiliran atau rotasi tanaman (padi-palawija).
Daerah-daerah endemik wereng coklat biotipe
1 dapat menanam varietas membrano, widas dan cimalati. Untuk biotipe 2 dan 3
dapat menanam varietas membrano, cigeulis dan ciapus.
Dengan langkah-langkah di atas diharapkan serangan
hama wereng coklat dapat ditekan dan tidak menyebabkan kerugian yang
semakin besar seperti yang sudah pernah terjadi. Peran aktif semua pihak juga
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian hama wereng coklat ini.